Penyesalanku Atas Kepergian Ayah

Penyesalanku Atas Kepergian Ayah


Penyesalanku Atas Kepergian Ayah - Saat itu pagi pagi sekali ayah duduk di teras depan, dengan kopi dan pisang dari ibu, aku melihat wajah ayah yang begitu pucat, terdiam menatap anak anak yang sedang bermain di jalan. “hay ayah, kenapa kok diam aja sendirian?” ayah melihatku dan mengelus rambutku “gak apa apa, sini duduk di samping ayah, sambil pijitin kaki ayah ya nak” aku pun memijat kaki ayahku yang putih dan terasa dingin sekali, entah kenapa tiba tiba ayah saat itu terlihat sangat sedih sekali, aku pun heran dengan sikap ayah saat ini “ayah sakit ya?” aku pun menanyakan hal itu pada ayah “tidak, ayah hanya membayangkan jika ayah sudah pergi dari dunia ini, bagaimana nasib kalian nanti” seketika itu aku langsung terdiam, entah tanpa sepengatahuanku, air mataku tiba tiba menetes mendengar ayah berbicara begitu “ayah kok gitu sih ngomongnya” aku sambil megang tangan ayah
“Nak seandainya bapak sudah pergi dari dunia ini, ayah minta tolong, simpan semua barang bapak jangan dibuang dan jaga mama sama adek kamu ya, kamu jangan nakal” ku melihat ayah berbicara seperti itu dan tak lama kemudian kelopak matanya berkaca kaca, aku tak tau kenapa ayah berbicara begitu.

Di hari kedua, ayahku ingin pergi ke Rumah sakit untuk cuci darah. Ayah mengidap penyakit ginjal, stiap seminggu 2 kali dia harus pergi ke rumah sakit untuk cuci darah, pagi itu aku sedang siap siap untuk berangkat sekolah, ayahku dan mama juga siap siap untuk pergi ke Rumah Sakit, entah kenapa hari itu aku gelisah sekali, merasa risau, tapi aku coba untuk menenangkan hatiku.

Jam menunjukkan pukul 06:59, pagi itu aku memang sudah terlambat untuk masuk sekolah, tapi entah kenapa rasanya ingin sekali aku menunggu bapak berangkat terlebih dahulu, “kamu berangkat aja nak, ini sudah hampir jam 07 pas, kalo kamu telat gimana” ujar mamaku, lalu aku pun berangkat, ketika aku sedang berangkat, langkahku terhenti saat aku mendengar suara mama yang begitu keras menjerit, aku berlari ke dalam rumah, spontan aku kaget saat aku masuk ternyata ayah sudah pergi meninggalkan kami semua, saat itu aku masih tidak percaya, kutatap wajah ayah yang pucat itu, “tidak mungkin ayah pergi meninggalkanku, ini tidak mungkin” desahku dalam hati, aku memanggil nama ayah berkali kali, memegang pipinya tetapi dia tidak terbangun sama sekali, aku hanya terdiam lalu omku datang dan mengecek keadaan ayah, “innalillahiwainnailaihirojiun” ucapan itulah yang kudengar dari omku, seketika itu aku langsung memeluk ayah, berteriak sekeras mungkin, aku masih tidak percaya ayah pergi meninggalkan kami secepat itu.

Hatiku hancur, dunia terasa runtuh saat aku tau bahwa ayah memang benar benar pergi untuk selamanya. Aku sangat menyesal karena dulu saat hari raya idul fitri, aku tidak sungkem dengan ayah, malah aku marah dengannya, penyesalan itu selalu terbayang olehku sampai sekarang ini, aku merasa sangat bersalah, saat itu aku kelas 3 Mts kelulusanku kurang 1 bulan, aku berharap ayah yang akan datang ke acara wisudaku, aku ingin ayah melihatku menggunakan kebaya, tetapi semuanya musnah karena kepergiaan ayah yang tak kuduga sama sekali.

Kepergian ayah membuatku terpuruk, membuatku hancur, hidupku sekarang berantakan, kepergian ayah juga membuat keluargaku menjadi hancur, kini aku harus bisa hidup dengan kesederhanaan, aku yang dulunya selalu menghamburkan uang, yang hidup mewah kini harus belajar mandiri karena keuangan kami yang semakin menurun dan sulit, tapi aku tetap sabar dalam hal ini, karena aku yakin. Suatu saat nanti aku akan berhasil dan bisa membahagiakan mama dan adikku seperti dulu lagi.

Cerpen Karangan: Musdhawiyah
Facebook: Dhawii Aciil RA
Copyright © Cerpen Menarik dan Populer. All rights reserved. Template by Amanbet