BERUSAHA BANGKIT

BERUSAHA BANGKIT



Cerpen Motivasi - Karya Nurwahidah A.Md

HIDUPKU terasa sangat muram sejak  kepergian Sang Ayah. Tak ada semangat  yang dimiliki. Bahkan sempat terpikir olehku untuk bunuh diri. Hidupku  memang  tak lagi berarti. Tak ada senyuman, juga tak ada tawa, dan tak ada bahagia.  Ya Allah, jika saja  tidak  ada  sedikit  keyakinan dalam hatiku bahwa semua akan  baik-baik saja, mungkin aku sudah meminum racun tikus yang dijual bebas di pinggir jalan. 

Lebih baik aku mati saja, dan bisa bertemu Beliau.  Rasa sakit ini menusuk kalbu yang paling dalam,  seperti ditusuk  jarum  berkali-kali. Aku tak  tahu  harus bagaimana,  dan apa yang harus aku lakukan? Hanya tangisku  yang bercucuran. Kenapa,  Ya Allah,  cobaan yang  Engkau timpakan pada hambamu  ini begitu berat? Aku tidak bisa memikulnya sendiri. Terlalu berat untuk kujalani sendiri!  

Engkau cepat memanggilnya ketika  hambamu ini  masih kecil dan belum   merasakan kasih sayangnya. Apa dosa dan salahku,  Ya Allah? Apakah ini karma yang engkau berikan karena  kedurhakaanku pada Beliau? Saat  kumelihat teman-teman di sekitar yang masih dimanjakan oleh ayahnya, hati  kecilku menangis. Bola mata selalu berkaca-kaca.   Andai saja aku ada di posisi mereka, betapa bahagianya dan beruntungya hidupku.  Tapi itu tidak mungkin terjadi!  Mengapa khayalanku ini  sangat tinggi.  Terpikir dibenakku mengapa Tuhan tidak  adil padaku? Mengapa harus aku yang mengalaminya? Mengapa Tuhan….?”


Berusaha Bangkit Karya Nurwahidah A.Md

***

Hari demi hari kulalui. Siang berganti malam. Hujan menjadi panas, hitam menjadi putih.  Umurku semakin  bertambah, tak terasa sudah menginjak kelas 3 SMA. Tak lama lagi kuliah. Nasihat  beliau  selalu muncul dalam benakku. Terkadang  beliau datang dalam mimpiku  dan memelukku. Memberi sebuah peringatan untuk berubah. Saat itu kumulai berpikir,  jika tetap seperti ini apa yang terjadi dengan masa  depanku nanti. Kuharus berusaha berubah dan mengubah  hidupku. Aku bukanlah anak yang manja. Bukan anak bawel dan egois. Kuberusaha menjadi sosok perempuan yang tegar, percaya diri, dan  mandiri. 

Beberapa hari kemudian pola pikirku pun berubah.  Kupandang ibuku  dengan serius. Tulangnya yang menonjol. Menandakan semakin tua. Beliaulah yang menjadi tulang  punggung dalam keluarga. Saat itu pula aku terinspirasi untuk berusaha  mancari duit sendiri.  Kasihan sekali Beliau. Setiap hari melakukan aktivitas  yang  sangat berat. t Mulai saat ini aku berjanji, bagaimana caranya untuk mendapatkan uang dengan hasil keringat sendiri. Akhirnya aku punya ide untuk berjualan di sekolah. Krupuk dan pulsa menjadi jawaban. Ibuku pun mengiyakan. 

Hari pertama aku berjualan,  grogi menghampiriku. Tapi aku berusaha enjoy dihadapan teman-teman. Aku percaya diri aja bahwa apa yang kulakukan adalah sesuatu yang tulus dan sangat tinggi nilainya bagiku. Hal ini jarang  dimiliki oleh  setiap orang. Alhamdulillah,  ternyata di balik tetesan keringat yang penuh dengan perjuangan, Allah melariskan apa yang aku jual. Apa yang kulakukan ini tidaklah sia-sia dan menghasilkan keuntungan meskipun hasilnya tidaklah seberapa.

Tamat SMA, akhirnya kuputuskan kuliah di Yogyakarta. Sebuah kota yang menghimpun para penuntut ilmu dari seluruh penjuru Nusantara. Aku harus berpisah dengan ibuku yang paling kusayang, dan keluarga lainnya. Aku yakin di balik kepergianku ini, suatu saat nanti akan membawa kebahagiaan. Sebelum  berangkat ke Jogja,  aku tanamkan dalam diri bahwa akan kuliah sambil bekerja, agar bisa mengurangi beban ibu. Ibu nomor satu di dunia. 

Beberapa bulan di  Jogja, aku pun berusaha  mencari lowongan. Aku sudah berusaha sekuat tenaga dengan maksimal, tetapi  nasibku belumlah beruntung. Tanpa putus asa, aku pun terus berusaha. Nasib mujur pun menghampiri, beberapa hari kemudian  alhamdulillah ada  lowongan pekerjaan menjaga toko cemilan. Aku membaca persyaratan di depan toko itu, dan melamar sebagai karyawan. Tak lupa doa aku panjatkan kepada yang kuasa, siang  juga malam.  

Satu minggu kemudian, aku di-es-em-es  agar bisa ikut training. Alhamdulillah aku diterima bekerja. Awalnya aku grogi dan takut salah di mata bos. Saat itu bosnya datang. Hatiku gemetar hingga badan ini merasakan panas dingin secara tiba-tiba. Kuberusaha  tersenyum, meskipun  senyuman yang kurang enak dipandang. Sebuah senyuman yang menyimpan noda. Ternyata bosnya juga tersenyum.  Ia baik dan bisa diajak bercanda.  Beliau selalu memberikan motivasi untuk menjadi perempuan yang  pekerja keras.

***

Satu bulan tidak terasa, akhirnya aku menerima gaji pertama. Ya, meskipun gajinya hanya Rp. 300/bulan. Lumayan, bisa beli buku. Aku berharap agar tetap bisa bekerja di sini. Tapi harapanku tak menjadi kenyataan. Saat itu kuhanya bekerja tiga bulan, karena saat itu bosnya menggantikan  aku dengan karyawan yang baru. Demi penyegaran, kata bosku. Ternyata, kehadiranku hanya  sementara. Hatiku sangat sakit, hingga kumeneteskan air mata. Kuteringat motivasi ayah, harus optimis  dan terus berusaha. Mungkin saja Tuhan ingin memberikan pekerjaan yang lain buatku.

Hari pun berganti bulan, tetap saja pekerjaan belum kudapatkan. Akhirnya kuputuskan untuk menjual gorengan. Aku menjualnya saat pulang kampus. Keliling dari kos ke kos.  Alhamdulillah sangat laris. Menjadi perempuan penjual gorengan mengangkat derajatkku. Aku dikenal di kalangan teman-teman dengan sebutan “si penjual gorengan”. Sebenarnya gengsi juga melakukan ini, tapi harus bagaimana lagi. 

Aku bertahan jualan lebih kurang dua minggu karena sangat melelahkan. Aku harus berjalan  kaki di berbagai tempat. Aku tidak  bisa memaksakan tenaga. Akhirnya aku pun tidak berjualan lagi. Namun, secara tiba-tiba  saat itu aku diajak  oleh kakak  Rice  untuk  jualan di kampus. Alhamdulillah, aku mendapatkan gaji Rp.300/bulan. Ditanggung  makan.

Satu bulan kemudian aku tidak berjualan lagi karena mau ujian, ditambah lagi dengan “Maba” yang menyongsong di hadapan. Akhirnya, aku menunggu kapan bisa jualan lagi. Ternyata seperti yang dulu-dulu lagi. Aku kehilangan pekerjaan karena sudah ada yang duluan berjualan di kampus. Sepertinya hidupku  ditakdirkan sial terus. Tapi kuyakin di balik semua itu ada hikmahnya. Kuharus berusaha bangkit lagi. Tuhan itu tidak  pernah tidur. Ia maha melihat setiap  apa yang dikerjakan  hambanya.  Kutetap semangat menjalani hidup ini dan tidak akan pernah menyerah. ***

Profil Penulis:
Nurwahidah A.Md adalah perempuan kelahiran Bulukumba, 09 Nopember 1994. Hobby naik sepeda dan berkelana. Pernah kuliah di Ama Yogyakarta jurusan Manajemen  Obat dan Farmasi.  Salah satu karyanya  sebuah cerpen. Dimuat di Majalah Nusantara Yogyakarta “Burusaha Bangkit.” “Kutitip Kau di Lantunan Adzan.” Dan  sebuah antologi puisi ”Tunggu Aku Mengucap Cinta”. Modal nekad dan ijazah, ia putuskan mencari nafkah di Samarinda. 
Copyright © Cerpen Menarik dan Populer. All rights reserved. Template by Amanbet